Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, mendadak jadi pusat kekacauan ekonomi saat harga bawang merah melonjak dari Rp25.000/kg menjadi Rp75.000/kg dalam sehari. Pemicunya? Sebuah TikTok Challenge berjudul #BawangSelebritis yang mendorong pengguna membeli bawang dalam jumlah besar untuk konten kreatif.
#BawangSelebritis: Dari Konten Lucu ke Krisis Pangan
Challenge ini dimulai ketika kreator @ArisFoodArt mengunggah video mengukir wajah selebritas di bawang merah. Video tersebut viral dengan 12 juta views dalam 6 jam, memicu ribuan warganet membeli bawang untuk membuat konten serupa. Pedagang di Pasar Induk melaporkan lonjakan permintaan 300% pada 15 Juli 2024, sementara stok hanya mencukupi 40% permintaan.
Mekanisme Panic Buying: Supply vs Demand yang Tidak Seimbang
Pelanggan restoran dan pengecer tradisional kesulitan mendapat stok karena pembeli individu menyapu 80% pasokan untuk keperluan challenge. Sebagian pedagang nakal memanfaatkan situasi dengan menimbun bawang di gudang gelap, lalu menjualnya di platform e-commerce dengan harga 3x lipat. Dinas Perdagangan Jakarta mencatat 12 ton bawang “hilang” dari rantai pasokan resmi.
Dampak ke Konsumen dan Pelaku Usaha
Ibu-ibu di pasar tradisional mengeluh harga bawang meroket dari Rp5.000/biji menjadi Rp15.000/biji. Pedagang bakso di Depok terpaksa mengganti bawang goreng dengan daun bawang. Sementara itu, produsen keripik bawang di Bandung menghentikan sementara produksi karena biaya bahan baku melampaui margin keuntungan.
Respons Pemerintah dan TikTok
Kementerian Perdagangan turun tangan dengan menggelontorkan 50 ton bawang impor dari Thailand darurat. TikTok akhirnya menghapus tagar #BawangSelebritis setelah mendapat tekanan dari Kominfo, tetapi 560.000 video sempat terunggah. Platform ini juga mengirim notifikasi peringatan ke 2,3 juta pengguna yang terlibat challenge.
Pelajaran untuk Masa Depan
Ahli ekonomi digital Universitas Indonesia menyarankan pembatasan konten yang melibatkan komoditas pangan vital. Pasar Induk kini menyiapkan sistem “panic button” digital untuk melaporkan kenaikan harga abnormal ke otoritas dalam 10 menit. Pedagang juga mulai edukasi konsumen via TikTok tentang dampak challenge tidak bertanggung jawab.
Krisis ini mengingatkan kita: di era media sosial, tren receh bisa berubah jadi bencana ekonomi dalam sekejap. Butuh kolaborasi antara pemerintah, platform digital, dan masyarakat untuk mencegah ulasan serupa.