Pemerintah Norwegia menggebrak dunia siber dengan mengonfirmasi proyek “Digital Moat”—pulau buatan berlapis bunker baja di Laut Norwegia yang dirancang melindungi 98% kabel internet transatlantik dari serangan fisik dan siber. Langkah ini langsung memicu kecaman Kremlin, yang menyebut Norwegia “paranoid” terhadap kapal selam Rusia di Arktik.
Benteng Bawah Laut dengan Teknologi Perang Dunia III
Pulau seluas 8 hektar ini menanam 1.200 sensor hidrofon canggih yang memantau pergerakan kapal asing hingga radius 500 km. Sistem neutrino-based detection grid milik NATO memindai aktivitas mencurigakan di dasar laut, sementara 12 drone otonom bersenjata laser siap menghancurkan kabel yang coba dipotong. Arsitek proyek, Kjell Vindheim, menyatakan: “Kami membangun benteng digital dengan pertahanan setara bunker nuklir Cheyenne Mountain AS.”
Respons Terhadap Ancaman Rusia
Intelijen Norwegia membocorkan dokumen yang menunjukkan kapal selam Rusia Losharik kerap beroperasi di dekat kabel Fiber-Optic Link Around the Globe (FLAG). Pada 2021, kapal riset Rusia Yantar tertangkap kamera sedang “menjelajah” kabel NorSea-Com-2. Proyek ini memperkuat 12 titik kabel kritis, termasuk jalur yang menghubungkan Svalbard Global Seed Vault ke server cadangan dunia.
Fitur Revolusioner
- Quantum Communication Hub: Mengamankan transmisi data global via kriptografi kuantum
- Cadangan Server Apokaliptik: 1.000 server bawah laut menyimpan salinan data Wikipedia, GitHub, dan Blockchain Bitcoin
- PLTN Mini: Reaktor thorium cair berdaya 200 MW memastikan pasokan listrik abadi
Tantangan dan Kritik
Para aktivis lingkungan mengecam risiko kerusakan ekosistem laut akibat pembangunan pulau. Proyek ini juga berpotensi memicu eskalasi militer, terutama setelah Rusia mengerahkan kapal penghancur Admiral Gorshkov ke perairan Norwegia.
Masa Depan Keamanan Siber Global
Norwegia berencana menyambungkan benteng ini ke NATO’s Allied Cyber Defence Centre of Excellence pada 2025. Dengan anggaran $12 miliar dan target selesai 2030, “Digital Moat” menjadi garis pertahanan baru melawan perang hybrid di era digital—sekaligus peringatan keras bagi Putin: “Sentuh kabel kami, dan seluruh dunia akan gelap.”
Proyek ini bukan sekadar infrastruktur, tapi tameng terakhir untuk menjaga internet global dari ambisi geopolitik yang mengancam konektivitas umat manusia.