https://thebignoisefestival.com/
https://thebignoisefestival.com/

thebignoisefestival.com – Dalam dunia yang sering mengagungkan sikap positif, konsep toxic positivity muncul sebagai ancaman bagi kesehatan mental. Toxic positivity adalah dorongan untuk selalu berpikir positif dengan mengabaikan atau menekan emosi negatif. Sementara optimisme penting, terlalu fokus pada sisi cerah kehidupan dapat memicu tekanan emosional yang tidak disadari.

Misalnya, ketika seseorang menghadapi kegagalan atau kehilangan, komentar seperti “Lihat sisi baiknya” atau “Kamu harus tetap kuat” sering kali diberikan. Meskipun dimaksudkan untuk menyemangati, pesan ini dapat membuat orang merasa perasaannya tidak dihargai. Realitasnya, manusia memiliki spektrum emosi yang perlu diakui dan diproses, bukan disangkal.

Untuk menjaga keseimbangan mental, penting memahami bahwa merasa sedih, marah, atau kecewa adalah bagian alami dari kehidupan. Validasi emosi dengan menerima perasaan negatif sebagai pengalaman yang sah. Memberi waktu untuk refleksi diri dan mencari dukungan dari orang terdekat juga dapat membantu proses penyembuhan emosional.

Sebaliknya, bersikap suportif berarti mendengarkan tanpa menghakimi dan memberikan ruang bagi seseorang untuk mengekspresikan emosinya. Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung, di mana keseimbangan antara berpikir positif dan menerima realitas emosi dapat tercapai.