Paus Fransiskus telah menutup lembaran hidupnya di dunia, namun warisannya akan terus hidup dalam hati jutaan umat. Ia memimpin Gereja Katolik dengan gaya yang berbeda—aktif, rendah hati, dan dekat dengan umat, bahkan dari kalangan paling terpinggirkan.
Sejak terpilih sebagai Paus pertama dari Amerika Latin pada tahun 2013, ia langsung mengubah citra kepausan. Paus Fransiskus menolak kemewahan, tinggal di rumah tamu sederhana, dan memilih berjalan kaki menyapa umat daripada duduk jauh di balik altar. Ia mendorong gereja menjadi lebih inklusif, terbuka terhadap perbedaan, dan berani bicara soal keadilan sosial, lingkungan, serta kemiskinan.
Paus juga aktif menyerukan perdamaian dunia. Ia mengunjungi zona konflik, berbicara langsung dengan pemimpin agama lain, dan menggalang solidaritas lintas keyakinan. Dalam isu lingkungan, ia menorehkan sejarah lewat ensiklik Laudato Si’, yang memanggil seluruh umat manusia untuk merawat bumi dengan lebih bertanggung jawab.
Meski sering menuai kritik dari kalangan konservatif, Paus Fransiskus tetap melangkah dengan keyakinan bahwa gereja harus hadir di tengah umat, bukan sekadar menjaga tradisi. Ia membuka ruang dialog tentang reformasi internal, peran perempuan, dan pentingnya kasih di atas aturan.
Kini, dunia melepasnya dengan doa dan rasa syukur. Selamat jalan, Paus Fransiskus. Jejakmu akan terus memandu umat menuju gereja yang lebih manusiawi, penuh cinta, dan berdiri untuk semua.