Donald Trump menciptakan gaya politik yang berbeda dari kebanyakan politisi Amerika. Sejak kampanye presiden pertamanya di 2016, ia menggunakan pendekatan langsung, keras, dan tanpa filter untuk menarik perhatian publik. Ia tidak ragu melontarkan pernyataan kontroversial, menyerang lawan politik, bahkan media, demi menguatkan posisinya sebagai “suara rakyat.”

Trump membangun citra sebagai outsider yang menentang sistem politik tradisional. Ia menargetkan kelompok pemilih yang merasa terabaikan, terutama kelas pekerja kulit putih dan konservatif. Dengan slogan populis seperti “Make America Great Again,” ia menggerakkan massa dengan retorika yang sederhana tapi emosional.

Melalui media sosial, terutama Twitter, Trump mengontrol narasi politik secara langsung, tanpa harus bergantung pada media arus utama. Ia menyampaikan pesan, menyerang lawan, dan membentuk opini publik dalam waktu singkat. Strategi ini membuatnya tetap relevan, bahkan saat tak lagi menjabat.

Meski strategi ini memecah belah opini publik, Trump berhasil mempertahankan basis pemilih loyal yang percaya pada visinya. Di sisi lain, ia juga menciptakan polarisasi ekstrem dalam politik Amerika. Banyak kritikus menilai caranya mempermainkan isu ras, imigrasi, dan nasionalisme sebagai bentuk manipulasi politik.

Namun tak bisa dipungkiri, Trump memahami psikologi massa dan memainkan citranya dengan efektif. Ia bukan hanya seorang mantan presiden, tapi simbol gerakan politik yang masih hidup hingga hari ini.

Cinta atau benci, satu hal jelas:
Donald Trump mengubah cara dunia memandang kepemimpinan politik di Amerika.